Minggu, 17 Januari 2010

Historis Keberadaan Puri Agung Denpasar

Puri Denpasar kini memang sudah tidak ada lagi. Namun, untuk dapat mengetahui denahnya, dapat dirujuk beberapa referensi. Di buku "Gegevens Betreffende De Zelfstandige Rijkjes op Bali" yang diterbitkan Landsdrukkerij di Batavia pada 1906, antara lain ada ketahui data-data mengenai Kerajaan Badung, khususnya yang menyangkut Puri Denpasar. Di buku ini antara lain ada denah global Puri Denpasar dan luasnya sekitar 35.000 m2, serta Peta Kota Denpasar 1906.
Referensi lain, ada di buku "Kidung Puputan Badung" (Bandana Pralaya) karya AA Alit Konta. Pada Bab IV buku ini ada uraian tentang struktur ruang Puri Agung Denpasar dengan menggunakan Pupuh Pangkur. Di buku ini disebutkan bahwa Puri Denpasar memiliki 9 paleban (zone ruang). Paleban yang berisi pintu gerbang (pemedal) atau pintu utama (kori agung) disebut juga wijil atau mijil. Zona yang ada mijil-nya adalah di zona barat daya, selatan, dan tengah.

Sedangkan dalam Laporan Penelitian Sejarah Badung dari 1779-1906 yang dilakukan Tim Pemda Badung 1992, struktur Puri Denpasar hanya merupakan lampiran gambar dengan sedikit keterangan. Gambar-gambar ini dikutip dan disusun kembali berdasarkan laporan Belanda pada 1940. Dalam denah rekonstruksi ini, Puri Denpasar digambarkan berukuran 166 x 180 m (29.880 m2). Sedangkan dalam Laporan Belanda 1906, Puri Denpasar berukuran 175 x 200 m (35.000 m2). Denah Puri Denpasar yang digambar pada 1940 ini nampaknya lebih detail dibanding gambar denah dalam laporan Belanda 1906.

Di area pertamanan (narmada) yang merupakan perintis Puri Denpasar, disebutkan ada bangunan Kerta Gosa di sudut barat daya. Area pertamanan ini mungkin mirip konsep Taman Gili dan Bale Kertha Gosa di Puri Klungkung, sebab dalam laporan Belanda 1906, d area taman juga digambarkan ada bangunan di tengah kolam dan uraian AA Alit Konta dalam kidung Puputan Badung (Bandana Pralaya) juga ada menyebutkan bangunan indah di tengah telaga.

Di area timur puri juga ada bangunan meru dikelilingi telaga bernama Bale Saraswati, tempat menyimpan lontar-lontar. Bangunan ini berdekatan dengan Bale Suci, tempat pedanda istri membuat sajen. Di depan Bale Saraswati, ada bangunan Danuraja yang ditempati Raja Badung saat wafat dalam peristiwa puputan 1906. Di utara Danuraja ada Bale Cakraningrat yang ditempati adik perempuan raja. Bale Cakraningrat berdekatan dengan area Pegaluhan, tempat istri raja dan para pemekel.

Bila raja menerima tamu, maka diterima di area tengah puri, pada bangunan Singaraja dan Sangasari yang berhubungan dengan halaman tengah Mijil Pisan. Di area tengah juga ada area khusus untuk raja dan keluarga melaksanakan upacara keagamaan. Bangunan di situ disebut Bale Rangki, berhubungan dengan area tempat penyimpanan senjata dan Keris Singapraga, yang dilengkapi bangunan menara. Area ini juga berdekatan dengan tempat penyimpanan perlengkapan upacara dan perhiasan-perhiasan emas kerajaan pada bangunan yang disebut Giri.

Di bagian utara puri merupakan bangunan-bangunan tempat saudara raja. Bale Senetan (di sudut Jalan Veteran dan Durian, Denpasar sekarang), di sebelah timurnya adalah bangunan Sindu Raja dan Rantakanya yang berdekatan dengan area Pelimburan, tempat para dayang atau penyeroan. Sedangkan di sudut timur laut merupakan dapur Sindu Raja. Di sudut tenggara puri disebut Pelebahan Pingit, tempat penyimpanan obat bedil/mesiu, berdekatan dengan area Pemerajan dan Bale Kerandan, tempat tinggal pemangku merajan, Perantenan Agung (dapur suci) dan Bale Petandakan. Di sebelah baratnya, ada Bale Sumanggen, tempat melaksanakan upacara.

Sedangkan area di sudut barat daya puri (Jalan Veteran dan Surapati) disebut Ancak Saji, halaman depan Puri Denpasar. Di situ ada dua pintu gerbang -- menghadap ke barat dan selatan. Gerbang ke barat berhadapan dengan wantilan di seberang jalan dan gerbang ke selatan berhadapan dengan Bale Pejagaan untuk para pecalang yang ada di seberang jalan. Di dekat Bale Pejagaan ini tumbuh pohon beringin besar. Pohon sejenis terdapat juga di barat bangunan Pejagaan, yang ada di seberang jalan dan merupakan lokasi pasar tradisional.


Berawal dari Taman
Sejarah mencatat, setelah Prabu Bhandana (Kyayi Jambe Pule atau Kyayi Anglurah Bebed) wafat, beliau digantikan oleh putranya yaitu: Kyayi Anglurah Jambe Merik yang mendirikan puri bernama: Puri Alang Badung. Sepeninggal Kyayi Ketut Pemedilan (Dewa Bagus Amecut atau yang terkenal sebagai Bhetara Macan Gading) di Batu Klotok, di Puri Pemecutan tinggallah putra beliau yaitu: I Gusti Ngurah Pemecutan Sakti yang memiliki banyak putra dan putri; satu-satunya putra prami beliau yang bernama I Gusti Ngurah Gede Oka yang beribu prami Ratu Ayu Bongan dari Mengwi. I Gusti Ngurah Gede Oka inilah yang membangun Pura Pesimpangan Danu Batur (di selatan Puri Kaleran Kanginan sekarang) dan sebuah taman peristirahatan di lokasi Natour Bali Hotel bagian timur jalan Veteran hingga kompleks Kantor Jayasaba (rumah dinas Gubernur Bali) sekarang.

Lokasi taman peristirahatan itu (yang kemudian dinamakan Taman Narmada) yang karena letaknya di sebelah Utara (= den) sebuah pasar-sore (pasar-nyoreang atau pasar tenten) maka disebutlah dengan Puri Denpasar.  Sedangkan Puri Pemecutan (kuno) juga memiliki sebuah taman peristirahatan yang sekaligus sebagai teman penerimaan tamu agung, yang posisinya di Puri Ukiran (Jalan Thamrin) sekarang, dimana seluruh bangunan penuh dengan ukiran. Karena itu, puri yang ada sekarang itu disebut Puri Ukiran.
Setelah runtuhnya kekuasaan Dinasti Jambe yang terakhir (Nararya Anglurah Aji Jambe Ksatriya) pada tahun 1788, maka Taman peristirahatan Den Pasar yang semula dibangun oleh I Gusti Ngurah Gede Oka, dilanjutkan pembangunan oleh I Gusti Ngurah Made Pemecutan (kami sebut dengan Bhatara DiMade, selaku kawitan Puri Denpasat) yaitu cucu dari I Gusti Ngurah Gede Oka, dengan memanfaatkan bangunan-bangunan yang ada di Puri Ksatriya (kuno) itu.

Pemerintahan negara Badung (Bhandana negara) kemudian dipusatkan di Puri Agung Denpasar dengan sistem pemerintahan yang disebut dengan: “Ratu mebala Ratu” atau “Ratu Awir Buja”, yang dilengkapi dengan Manca Agung yang terdiri dari: Puri Tegal, Puri Kaleran Kawan dan Puri Kaleran Kangin, Puri Oka dan Puri Jrokuta, dengan Bagawanta Puri Denpasar yaitu: Griya Taman, Griya Sindu, Griya Sanur, Griya Lodpeken (sesuai lontar Surat Paleket pemargin Pengerebegan Pura Tambangan Badung). Dengan struktur pemerintahan seperti itu maka terciptalah suasana sejahtera di Badung, yang orang tua-tua dahulu biasa menyebutnya dengan: “enteg Badung” (Badung Sejahtera).


disadur dan disempurnakan dari tulisan : gede mugi raharja di Bali Post


1 komentar:

  1. kenapa tidak diceritakan runtuhnya pemerintahan Kyayi Agung Jambe Kesatriya, sapa yg membunuh dsb.......

    BalasHapus

Sertakan email Anda ya.