Senin, 31 Agustus 2009

Puri Agung DenPasar (Awalan Sekilas)

Bahasan sentral dari web ini adalah tentang sekitar keberadaan puri yang dulunya bernama Puri Agung Den Pasar yang sudah tidak ada lagi di bumi ini. Istilah “Den Pasar” sudah biasa diringkas menjadi “Denpasar” saja. Kata Den (bahasa Bali) berarti “di sebelah Utara” dan Pasar yaa…  “Pasar” (bahasa Balinya:  “Peken“).  Suatu kenyataan bahwa Puri Agung Denpasar itu memang terletak di sebelah Utara  dari sebuah Pasar tradisional sore hari (Bahasa Bali: peken nyoreang), dan bukan di utara “Peken Penyobekan” (tempat menjual alat-alat dapur tradisional) yang berlokasi di Banjar Tegal Sari sekarang ini.
Pasar Sore yang dimaksud itu adalah sebuah pasar yang berlokasi tepat di halaman ujung timur Kantor Walikota Denpasar di Jalan Gajah Mada Nomor 1 sekarang ini, yang dinaungi oleh sebuah pohon beringin besar yang tepat berdiri di posisi Padmasana kantor Walikota Denpasar sekarang.
Kini Puri Agung DenPasar itu memang sudah tidak ada lagi dan tinggal hanya kenangan. Puri itu telah diratakan dengan tanah oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai akibat kekalahan Kerajaan Badung di dalam Perang Puputan Badung 1906 yang terkenal itu.  Kompleks Puri Agung Denpasar itu dulunya terletak di blok yang sekarang dikelilingi oleh Jalan Durian di sebelah Utara, Jalan Kaliasem di Timur, Jalan Surapati di Selatan, dan di Baratnya adalah Jalan Veteran, yaitu areal blok yang mencakup Natour Bali Hotel di timur jalan Veteran hingga ke Kantor Jayasaba atau rumah dinas Gubernur Bali.
Awal-mulanya, Puri Agung Denpasar itu adalah sebuah taman peristirahatan bagi keluarga dan para tetamu Kyayi Anglurah Gde Oka dari Puri Kaleran Kawan, yang kemudian dikembangkan oleh cucunya yaitu Kyayi Anglurah Made Pemecutan setelah beliau ini memegang tampuk kekuasaan sebagai Raja Badung. Konon taman itu terdiri dari areal Ancak Saji dan Taman Narmada, yang kemudian dikembangkan menjadi puri yang lengkap yang dengan tidak kurang dari 9 “Palebahan” (zone).
Untuk melengkapi historis Puri Agung DenPasar tidaklah bisa dilepaskan dari masa-masa sebelumnya, serta apa yang terjadi selewat Puputan Badung 1906 hingga masa kini. Keberadaan Puri Agung Denpasar terkait pula dengan keberadaan raja Kyayi Anglurah Jambe Ksatriya selaku penguasa terakhir Negeri Badung dari Dinasti Jambe (keturunan Jambe Merik).  Setelah Dinasti Jambe runtuh lewat perang saudara maka pemerintahan kerajaan Badung dilanjutkan oleh Kyayi Anglurah Made Pemecutan dari Puri Kaleran Kawan, dan selanjutnya pusat pemerintahan dipindahkan ke Puri Agung Denpasar.
Kehadiran Puri Kaleran Kawan, sejarahnya adalah dari Puri Pemecutan kuno, karena Kyayi Agung Gde Oka adalah putra dari I Gusti Ngurah Pemecutan Sakti – yang lebih terkenal dengan sebutan: Bhetara Sakti dari Puri Pemecutan kuno.  Ibunda dari Kyayi Agung Gde Oka bernama I Gusti Ayu Agung Bongan atau Ratu Ayu Bongan yang berasal dari Puri Mengwi lama (Jero Pupuan).
Adanya Puri Pemecutan sangat erat kaitannya dengan keberadaan Ki Gusti Ketut Bendesa alias Ki Gusti Ketut Bendesa alias Arya Notor Wandira alias Kyayi Nyoman Tegeh yang menurunkan penguasa Bhandana Negara yang kini disebut Badung.  Beliau ini adalah cucu dari Arya Kenceng selaku pendiri kerajaan Tabanan, sedangkan Arya Kenceng adalah keturunan dari Arya Damar yang kesohor itu pada jamannya.
Besar harapan, semoga blog ini menjadi sumber informasi yang lengkap tentang keberadaan sebenarnya dari Puri Agung Denpasar bagi ‘angga sentana‘ Puri Agung Denpasar seterusnya.

Kira-kira demikianlah rancangan pembahasan di dalam blogspot ini.
Tubagus - Satriya